Get Adobe Flash player
Heriadi al hifni 09 Agustus 2010 0 komentar Label: ,

Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh, Bismillah
JUNUB
Jumhur ulama berpendapat bahwa puasa
dalam keadaan junub sah, bahkan Imam
Nawawi menyatakan bahwa keshahihan
puasa orang junub merupakan ijma ulama,
baik karena mimpi atau jima ’. (Syarh
Shahih Muslim, 4/239)
Ummu Salamah dan Aisyah memberi kabar
kepada Marwan, ”Sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam mendapati
shubuh dan beliau dalam kaedaan junub
karena jima ’, kemudian beliau mandi dan
berpuasa. (HR. Al Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah
Shallahau Alaihi Wasallam mandi setelah
shubuh datang. Ini bermakna bahwa di saat
shubuh beliau masih dalam keadaan junub.
Ini menunjukkan bahwa puasa sah walau
dalam keadaan junub.
MANDI JUNUB
Sholat dan puasa adalah dua buah contoh
ibadah yang sangat utama di dalam agama
Islam yang mensyaratkan pelakunya suci
dari hadats besar. Tidak sah sholat ataupun
puasa seorang muslim (baik yang wajib
maupun yang sunnah) yang dilakukan dalam
keadaan berhadats besar. Selain itu,
seseorang yang sedang berada dalam
keadaan junub atau berhadats besar juga
tidak diperbolehkan memegang Al Quran.
Berjunub memang salah satu keadaan yang
akan menjauhkan seorang muslim dari
beberapa kegiatan ibadah tertentu. Namun
demikian, junub adalah salah satu fitrah
yang dimiliki manusia sebagaimana halnya
cinta dan nafsu. Untuk membersihkan diri
dari hadats besar atau junub ini, maka Islam
mengajarkan mandi junub.
Inilah salah satu bentuk ajaran Islam kepada
umatnya mengenai tata cara bersuci, yaitu
mandi junub. Mandi junub adalah mandi
yang disyariatkan oleh agama Islam untuk
membersihkan diri dari hadats besar dengan
cara mengalirkan air ke seluruh bagian
tubuh. Hukum mandi junub adalah wajib
bagi seorang muslim yang sedang berjunub
atau berhadats besar. Seorang muslim yang
berjunub dan tidak melakukan mandi junub,
maka sholat dan puasa yang ia jalankan
tidak sah, baik yang wajib maupun yang
sunnah.
Ada beberapa perkara yang menyebabkan
seorang muslim wajib melakukan mandi
junub. Berikut ini adalah beberapa perkara
yang menyebabkan seorang muslim untuk
melakukan mandi junub:
1. Keluar Mani
Salah satu penyebab seorang muslim wajib
melakukan mandi junub adalah karena
mengeluarkan mani dari kemaluannya, baik
yang disebabkan oleh syahwat atau hal lain.
Baik karena melakukan hubungan seks
maupun karena mimpi. Hal ini sebagaimana
sabda Rasulullah saw dalam hadits shohih
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
Dari Abi Sa’id Al Khudri dari Nabi sallallahu
alaihi wa aalihi wasallam, bahwa beliau
bersabda : “Hanyalah air itu (yakni mandi)
adalah karena air pula (yakni karena keluar
air mani ”. (HR. Muslim)
Dari hadits di atas kita ketahui bahwa mandi
junub itu penyebabnya adalah karena
keluarnya air mani.
2. Berhubungan Seks
Melakukan hubungan seks adalah salah satu
perkara yang menyebabkan seorang muslim
wajib melakukan mandi junub, baik sampai
keluar mani atau tidak keluar mani. Ketika
kemaluan laki-laki telah masuk ke dalam
kemaluan perempuan, maka hal itu telah
mewajibkan pelaksanaan mandi junub.
Berikut ini adalah sabda Rasulullah saw yang
menerangkan perkara tersebut:
Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu, dari
Nabi sallallahu alaihi waalihi wasallam,
bahwa beliau bersabda : “Apabila seorang
pria telah duduk diantara empat bagian
tubuh permpuan (yakni berhubungan seks)
kemudian dia bersungguh-sungguh padanya
(yakni memasukkan kemaluannya pada
kemaluan perempuan itu), maka sungguh
dia telah wajib mandi karenanya ”. (HR.
Bukhari dalam Shahihnya)
3. Berhentinya Haid dan Nifas
Haid dan nifas adalah termasuk penyebab
wajibnya melakukan mandi junub. Maka
setiap muslimah yang telah selesai dari masa
haid atau nifasnya, maka wajib baginya
melakukan mandi junub sebagaimana
dijelaskan di dalam Al Quran dan Hadits
berikut:
“Wahai orang yang benman, janganlah
kamu kerjakan sholat, padahal kamu sedang
rnabuk sehingga kamu tahu apa yang kamu
ucapkan. Dan janganlah kamu kerjakan
sholat, padahal kamu sedang junub, kecuali
sudah mandi. ” (QS. An-Nisa : 43)
“Orang yang junub dan perempuan yang
haid, tidak boleh membaca sesuatu dari Al
Ouran. ” (Riwayat At-Thabrani)
Dan Aisyah r.a bahwa Fatimah binti AN
Hubaisy bertanya kepada Nabi SAW katanya:
“ Ya Rasulullah, aku ini perempuan yang
istihadah (penyakit keluar darah terus) tak
pemah bersih-bersih, apakah saya boleh
meninggalkan sholat? Maka jawab Nabi SAW:
“ Tidak, karena sesungguhnya itu tidak lain
dan darah penyakit, bukan darah haid, maka
apabila telah datang darah haid, tinggalkan
sholat, dan apabila telah pergi (sudah kering
atau sudah cukup harinya haid) maka
bersihkanlah darah itu dan kerjakan
sholat. ” (Riwayat Muslim)
4. Meninggal Dalam Keadaan Islam
Setiap laki-laki muslim maupun wanita
muslimah yang meninggal, wajib mayatnya
dimandikan (kecuali orang muslim yang
mati syahid di jalan Allah swt/berperang
membela agama Islam).
5. Melahirkan
Ketika seorang wanita melahirkan biasanya
akan keluarlah darah bersamaan dengan
keluarnya si jabang bayi, darah itulah yang
disebut dengan darah wiladah. Dan setelah
melahirkan ini, maka seorang wanita juga
terkena hukum wajib mandi junub.
Itulah beberapa perkara yang menyebabkan
seorang muslim terkena hukum waib mandi
junub. Kemudian, berikut ini kami juga akan
menguraikan mengenai tata cara dalam
melakukan mandi junub.
Tata Cara Mandi Junub:
Islam adalah agama Robbani yang
bersumber pada hukum Allah swt yang
terdapat di dalam Al Quran dan Al Hadits
yang merupakan sabda Rasulullah saw. Oleh
karena itu, dalam melakukan mandi junub
juga tidak dapat dilaksanakan dengan
sembarangan. Mandi junub adalah salah satu
aturan atau syariat yang terdapat di dalam
agama Islam, maka dalam pelaksanaannya
juga harus dilakukan dengan berpedoman
kepada Islam, yang dalam hal ini adalah
melalui hadits Rasulullah saw. Berikut ini
adalah beberapa hadits Rasulullah saw yang
membahas masalah tata cara mandi junub:
Dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah
sallallahu alaihi wa aalihi wasallam telah
bersabda : “Barangsiapa yang
meningggalkan bagian tubuh yang harus
dialiri air dalam mandi janabat walaupun
satu rambut untuk tidak dibasuh dengan air
mandi itu, maka akan diperlakukan
kepadadanya demikian dan demikian dari api
neraka ”. (HR. Abu Dawud dalam Sunannya
hadits ke 249 dan Ibnu Majah dalam
Sunannya hadits ke 599. Dan Ibnu Hajar Al
Asqalani menshahihkan hadits ini dalam
Talkhishul Habir jilid 1 halaman 249.)
Hadits di atas telah menjelaskan dengan
jelas kepada kita perihal bagaimana
seharusnya kita mengalirkan air ke badan
sewaktu mandi junub, yakni dialirkan ke
seluruh tubuh dengan penuh hati-hati dan
dilakukan berulang-ulang. Seluruh tubuh
harus tersiram air secara merata.
Dari A’isyah radhiyallahu anha beliau
menyatakan : “Kebiasaannya Rasulullah
sallallahu alaihi wa aalihi wasallam apabila
mandi junub, beliau memulai dengan
mencuci kedua telapak tangannya, kemudian
beliau berwudhu ’ seperti wudhu’ beliau
untuk shalat, kemudian beliau memasukkan
jari jemari beliau kedalam air, sehingga
beliau menyilang-nyilang dengan jari jemari
itu rambut beliau, kemudian beliau
mengalirkan air ke seluruh tubuh beliau ”.
(HR. Al Bukhari dalam Shahihnya hadits
nomer 248 (Fathul Bari) dan Muslim dalam
Shahihnya hadits ke 316). Dalam riwayat
Muslim ada tambahan lafadl berbunyi
demikian : “Kemudian beliau mengalirkan
air ke seluruh tubuhnya, kemudian mencuci
kedua telapak kakinya ”.
Rasulullah saw selalu memasukkan air ke
sela-sela rambut beliau dengan jemarinya.
Ini juga merupakan salah satu cara agar air
yang disiramkan tersebut dapat menyentuh
seluruh kulit tubuh, termasuk kulit kepala
yang tertutup atau terhalang oleh rambut.
Maimunah Ummul Mu’minin
menceritakan : “Aku dekatkan kepada
Rasulullah sallallahu alaihi wa aalihi
wasallam air mandi beliau untuk janabat.
Maka beliau mencuci kedua telapak tangan
beliau dua kali atau tiga kali, kemudian
beliau memasukkan kedua tangan beliau ke
dalam bejana air itu, kemudian beliau
mengambil air dari padanya dengan kedua
telapak tangan itu untuk kemaluannya dan
beliau mencucinya dengan telapak tangan
kiri beliau, kemudian setelah itu beliau
memukulkan telapak tangan beliau yang kiri
itu ke lantai dan menggosoknya dengan
lantai itu dengan sekeras-kerasnya.
Kemudian setelah itu beliau berwudlu’
dengan cara wudlu’ yang dilakukan untuk
shalat. Setelah itu beliau menuangkan air ke
atas kepalanya tiga kali tuangan dengan
sepenuh telapak tangannya. Kemudian
beliau membasuh seluruh bagian tubuhnya.
Kemudian beliau bergeser dari tempatnya
sehingga beliau mencuci kedua telapak
kakinya, kemudian aku bawakan kepada
beliau kain handuk, namun beliau
menolaknya ”. (HR. Muslim dalam
Shahihnya hadits ke 317 dari Ibnu Abbas)
Hadits di atas menjelaskan kepada kita
bahwa hal pertama yang dilakukan ketika
mandi junub adalah membasuh kedua
telapak tangan. Setelah itu dilanjutkan
dengan membasuh kemaluan dengan
menggunakan tangan kiri hingga bersih.
Kemudian, telapak tangan kiri tersebut
digosokkan ke lantai, lalu dilanjutkan dengan
berwudhu. Pada hadits di atas juga
dijelaskan bahwa tidak mengeringkan badan
dengan kain handuk setelah mandi junub
adalah salah satu sunnah Rasulullah saw.
“Dari Maimun (istri Nabi sallallahu alaihi wa
aalihi wasallam), beliau memberitakan
bahwa Nabi sallallahu alaihi wa aalihi
wasallam ketika mandi janabat, beliau
mencuci kemaluannya dengan tangannya,
kemudian tangannya itu digosokkan ke
tembok, kemudian setelah itu beliau
mencuci tangannya itu, kemudian beliau
berwudlu ’ seperti cara wudlu’ beliau
untuk shalat. Maka ketika beliau telah selesai
dari mandinya, beliau membasuk kedua
telapak kakinya ”. (HR. Bukhari dalam
Shahihnya, hadits ke 260.)
Pada hadits di atas dijelaskan bahwa selain
dengan menggosokkan telapak tangan kiri
ke lantai, juga diperbolehkan
menggosokkannya ke tembok. Setelah
digosokkan ke tembok, maka telapak tangan
dicuci, setelah itu barulah berwudhu.
Dari hadits-hadits di atas maka dapat ditarik
kesimpulan mengenai tata cara melakukan
mandi junub sebagai berikut:
* Mandi junub harus diniatkan hanya karena
Allah swt, sebagai salah satu bentuk ibadah
dan ketaatan kepada-Nya.
* Siraman air ketika mandi junub harus
membasahi kulit diseluruh tubuh, termasuk
yang tersembunyi atau terhalang rambut.
Oleh karena itu, ketika mengalirkan air
hendaknya jemari turut menyela rambut.
* Mandi junub dimulai dengan membasuh
kedua telapak tangan sampai pergelangan
tangan, masing-masing tiga kali. Ketika
membasuh kedua telapak tangan dilakukan
dengan menggunakan gayung untuk
menciduknya, tidak dilakukan dengan
mencelupkan kedua telapak tangan itu ke
bak air.
* Kemudian, mencuci kemaluan dengan
menggunakan telapak tangan kiri hingga
bersih.
* Setelah mencuci kemaluan, tangan kiri itu
digosokkan ke lantai atau ke tembok
sebanyak tiga kali, kemudian dibasuh
dengan air.
* Langkah selanjutnya adalah berwudhu
sebagaimana cara berwudhu untuk shalat.
* Setelah berwudhu, guyurkan air dari
kepala hingga ke seluruh tubuh dan
menyilang-nyilangkan air dengan jari tangan
ke sela-sela rambut kepala, jenggot, kumis,
serta rambut mana saja yang terdapat di
tubuh agar air tersebut merata ke seluruh
tubuh.
* Setelah air diguyurkan dan telah merata ke
seluruh tubuh, maka mandi junub diakhiri
dengan membasuh kedua telapak kaki
sampai mata kaki.
* Sunnah hukumnya untuk tidak
mengeringkan badan dengan kain handuk
atau kain apapun setelah melakukan mandi
junub.
* Bagi umat Islam sunnah hukumnya
mengerjakan tata cara mandi junub
sebagaimana yang telah diajarkan oleh
Rasulullah saw.
CARA MANDI JANABAT YANG SYARI\'I ADALAH
SEGAGAI BERIKUT :
Dari ‘Aisyah, dia berkata: “Kebiasaan
Rasulullah, apabila hendak mandi dari sebab
janabat, beliau mancuci kedua tangannya
dan berwudhu sebagaimana wudhu untuk
shalat. Kemudian beliau mandi, lalu
menyela-nyela rambutnya dengan satu
tangannya, sehingga ketika beliau telah
menyangka (mengetahui) bahwa beliau
telah mengairi (membasahi) kulit kepalanya,
beliau menuangkan air pada (rambut)nya
tiga kali. Kemudian beliau mencuci seluruh
tubuhnya. (HR Bukhari, No. 272)
Imam Muslim meriwayatkan hadits ini
dengan lebih lengkap sebagai berikut:
Dari ‘Aisyah, dia berkata: Kebiasaan
Rasulullah apabila hendak mandi dari sebab
janabat, beliau mulai, yaitu: mencuci kedua
tangannya, kemudian menuangkan air
dengan tangan kanannya pada tangan
kirinya, lalu mencuci kemaluannya,
kemudian berwudhu sebagaimana
wudhunya untuk shalat. Kemudian beliau
mengambil air, lalu memasukkan jari-jarinya
pada pangkal-pangkal rambut, sehingga
ketika beliau telah melihat bahwa beliau
telah melakukan kewajiban (menyela-nyela
rambut, Red), beliau menuangkan air pada
kepalanya tiga kali tuangan sepenuh telapak
tangan. Kemudian beliau mengguyur seluruh
tubuhnya, kemudian mencuci kedua kakinya.
(HR Muslim, No. 316)
Tambahan: wanita tidak wajib membuka
pintalan rambutnya ketika mandi janabat,
namun wajib ketika mandi haidh. Ini
merupakan rahmat Allah bagi hambaNya.
(Lihat al Wajiz fi Fiqhis Sunnah wal Kitabil
‘ Azizi, hlm. 51, karya Syaikh Abdul ‘Azhim
al Badawi)

Read More

Pages

Blogroll

Diberdayakan oleh Blogger.

Category List

Followers

Categories

Site Info

Kunjungi terus blog ini, kritik dan saran teman-teman sangat saya butuhkan supaya ke depan nanti blog ini bisa lebih berkembang dengan sebaik-baiknya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman semua, tanpa kalian blog ini tidak ada apa-apa. ^_^